Pada umumnya orang hanya mengetahui manusia itu hanya terdiri dari jasad dan ruh.
Mereka tidak memahami sesungguhnya manusia terdiri dari tiga unsur ,
yaitu: Jasad, Jiwa dan Ruh.
Ini dapat dibuktikan dalam firman Allah Taala
Surah Shaad (38:71-73)
Ingatlah ketika Tuhan MU berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya, maka Ku tiupkan kepadanya Ruh Ku. Maka hendaklah kamu tunduk bersujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuannya.
Pada ayat yang lain pula, Allah menjelaskan tentang penciptaan jiwa (nafs).
Surah Asy Syams (91:7-10) .
Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam Al Quran tentang proses kejadian jasad (jisim).
Surah Al Mukminun (23:12-14)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptkan manusia dari saripati dari tanah, Kemudian jadilahlah saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-tulang, lalu tulang-tulang ini Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka maha suci Allah. Pencipta yang paling baik.
Jasad
Jasad atau jisim adalah angggota tubuh manusia terdiri dari mata, mulut, telinga, tangan, kaki dan lain-lain.
Ia dijadikan dari tanah liat yang termasuk dalam derajat paling rendah.
Keadaannya dan sifatnya dapat mecium, meraba, melihat.
Dari jasad ini timbullah kecenderungan dan keinginan yang disebut Syahwat.
Ini dijelaskan dalam Al Quran Surat Ali Imran, yang artinya:
Dijadikan indah pada pandangan manusia , merasa kecintaan apa-apa yang diingininya (syahwat) yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang bertimbun dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang, Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah tempat sebaik-baik kembali.
Jiwa (Nafs)
Kebanyakan orang mengkaitkannya dengan diri manusia atau jiwa.
Padahal ianya berkaitan dengan derajat atau kedudukan manusia yang paling rendah dan yang paling tinggi.
Jiwa ini memiliki dua jalan yaitu:
Menuju hawa nafsu (nafs sebagai hawa nafsu)
Menuju hakikat manusia (nafs sebagai diri manusia)
Hawa nafsu. Hawa nafsu lebih cenderung kepada sifat-sifat tercela, yang menyesatkan dan menjauhkan dari Allah.
Sebagaimana Allah Taala berfirman
Surah (Shaad :26)
..... dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah
Kaitan hati dan hawa nafsu.
Hati memainkan peranan yang sangat penting dalam diri manusia ia menjadi sasaran utama kepada Syaitan. Syaitan sedaya upaya menutupi hati manusia dari menerima Nur llahi.
Sebagaimana sabda Rasulullah:
Jikalau tidak karena syaitan-syaitan itu menutupi hati anak Adam, pasti mereka bisa melihat kerajaan langit Allah
Cara syaitan menutupi hati manusia itu dengan cara –cara tertentu yaitu dengan menghidupkan hawa nafsu tercela dan yang membawa ke arah maksiat.
Semuanya sudah tersedia berada dalam diri manusia,yang dikenal dengan nafsu ammarah bissu, nafsu sawiyah dan nafsu lawammah..
Para ahli tasawwuf mengatakan bahwa syaitan (anak iblis) memasuki hati manusia melalui sembilan lubang anggota manusia yaitu dua lubang mata, dua lubang telinga, dua lubang hidung, kedua lubang kemaluan dan lubang mulut.
Buta manusia bukan buta biji matanya tetapi buta hatinya sebagaimana bukti yang dijelaskan dalam Firman Allah dalam surah (Al Hajj :46)
Karena sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang buta ialah hati di dalam dada.
Mereka juga mengatakan yang membutakan hati ialah kejahilan atau tidak memahami tentang hakikat perintah Allah SWT.
Kejahilan yang tidak segera diobati akan menjadi semakin bertimbun.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka yang menipu diri sendiri, sedangkan mereka tidak menyadarinya.
Demikian bahayanya penyakit hati yang dihembuskan syaitan melalui hawa nafsu manusia.
Sehingga Rasulullah pernah berpesan setelah kembali dari perang Badar.
Beliau bersabda :
Musuhmu yang terbesar adalah nafsymu yang berada di antara kedua lambungmu (Riwayat Al-Baihaki)
Jihad yang paling utama adalah jihad seseorang untuk dirinya dan hawa nafsunya.(Riwayat Abnu An-Najari)
Diri Manusia
Nafs atau jiwa sebagai diri manusia adalah suatu yang paling berharga karena ia berkaitan dengan nilai hidup manusia dan nafs yang diberi rahmat dan redha oleh Allah.
Sebagaimana firmannya dalam surah (Al-Fajr : 27-30 )
Hai jiwa yang tenang (Nafsu Mutmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diredhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, masuklah ke dalam syurgaKu.
Dan lagi dalam surah (Yusuf: 53)
Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, kerana sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh ke arah kejahatan, kecuali nafsu yang beri rahmat oleh Tuhanku.
Berkaitan dengan sabda Rasulullah yang berbunyi:
Barang siapa yang mengenal dirinya , maka ia mengenal Tuhannya.
Hadis ini menyatakan syarat untuk mengenal Allah adalah mengenal diri. Diri atau nafs di sini adalah nafs mutmainnah yaitu nafsu yang tidak terpengaruh oleh goncangan hawa nafsu dan syahwat.
Setiap manusia mempunyai nafs yang berbeda.
Ada nafs yang menuju jalan cahaya ada nafs yang menuju jalan kegelapan.
Bagi nafs yang menuju kegelapan atau nafs tercela yang tidak sempurna ketenangannya terutama ketika lupa kepada Allah disebut nafsu lawammah.
(Al Qiyammah:2) yang artinya:
Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat tercela (nafsu lawammah)
Nafsu ini hanya dapat dikenali dan disaksikan dengan kemampuan tertentu manusia yaitu dengan pancaran batin.
Sebagaimana firman Allah dalam surah (Al-Araaf:26)
Pakaian taqwa yang menjaga mu dari kejahatan itu adalah yang paling baik.
Ruh
Ruh mempunyai dua arah pengertian iaitu :
a. Sebagai nyawa
b. Sebagai suatu yang halus dari menusia (pemberi cahaya kepada jiwa)
Ruh sebagai nyawa kepada jasad atau tubuh .
Ia ibarat sebuah lampu yang menerangi ruang.
Ruh adalah lampu, ruang adalah sebagai tubuh.
Jika lampu menyala maka ruangan menajdi terang.
Jadi tubuh kita ini boleh hidup kerana ada ruh (nyawa)
Manakala dalam pengertian yang kedua, Ruh sebagai sesuatu yang merasa, mengerti dan mengetahui. Hal ini sangat berhubung dengan hati yang halus atau hati ruhaniyyah yang disebut sebagai Latifah Rabaniyyah (hati arti kedua)
Dalam Al-Quran kata ruh disebut dengan sebutan Ruhul Amin, Ruhul Awwal dan Ruhul Qudsiyah.
Ruhul Amin yang bermaksud adalah malaikat Jibril. Firman Allah dalam surah (Asy-Syu’ araa:192-193) yang artinya:
Dan sesungguhnya Al- Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa oleh Ar Ruh Al –Amin (Jibril)
Ruhul Awwal yang bermaksud nyawa atau sukma bagi tubuh manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surah (As-Sajdah:9) yang artinya:
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya ruh Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati , tetapi kamu sedikit sekali bersyukur
Ruh Qudsiyah yang bermaksud ruh yang datang dari Allah (bukan Jibril), tetapi yang menjadi penunjuk dan pengkhabar gembira bagi orang-orang beriman.
Ini adalah ruh yang disucikan dihadirat Allah. Ia bercahaya apabila nafsu mutmainnah telah sempurna.
Hati
Hati merupakan raja bagi seluruh diri manusia dan tubuh.
Perilaku dan perangai seseorang merupakan cerminan hatinya.
Dari hati inilah pintu dan jalan yang dapat menghubungkan manusia dengan Allah.
Dengan demikian untuk mengenal diri harus dimulai dengan mengenal hati sendiri.
Hati mempunyai dua pengertian:
Hati jasmani yaitu sepotong daging yang terletak di dada sebelah kiri, hati jenis ini hewan pun memilikinya.
Hati Ruhaniyyah yaitu sesuatu yang halus. Hati yang merasa, mengerti, mengetahui, dipinta dituntut.
Hati Ruhaniyyah inilah merupakan tempat iman dan tempat mengenal diri .
Sebagaimana firman Allah dalam surah (Ar-Ra’d:28)
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang.
Hadis qudsi yang bermaksud:
Tidak akan cukup menanggung untuk Ku bumi dan langitKU tetapi cukup bagiKu hanyalah hati (qalb) hambaKu yang nukamin (Riwayat Ad Darimi)
Nafsu Mutmainnah
Bila hati manusia jauh dari goncangan yang disebabkan bisikan syaitan, hawa nafsu dan syahwat , maka ia disebut nafs Mutmainnah,
Apabila ia tunduk dan redha kepada Allah sepenuhnya, maka ia disebut nafs mardhiyyah (nafs yang redha)
Namun jika manusia membiarkan hatinya berada dalam pengaruh hawa nafsu dan syahwat, maka ia akan menjadi orang yang tersesat, lama kelamaan tergelicir dan dimurkai Allah,
Sebagaimana Firman Allah dalam surah (Jaastsiyah:23) yang artinya:
Maka pernahkan kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu Nya dan Allah telah mengunci mata pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?.
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah membiarkannya sesat. Maka mengapa kamu tidak mengambil iktibarnya.
Ingat hawa nafsu dan syahwat bukan dibunuh atau dihilangkan, tetapi dikawal oleh nafsu mutmainnah.
Di mana ada saatnya hawa nafsu ini perlu dikeluarkan.
Sebagaimana firman Allah dalam surah (An Nazi’at:40-41) yang artinya:
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan manahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya.
Nah, jika hati kita telah diselubungi oleh nafsu mutmainnah, maka nafsu mutmainnah ini menjadi imam (penunjuk) bagi seluruh tubuh dan dirinya, seeungguhnya nafsu mutmainnah inilah disebut-sebut sebagai jati diri manusia (hakikat dari manusia).
Allah berfirman dalam surah (Al Araaf:172) yang artinya:
Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah orang-orang lalai terhadap keesaaaan Mu.
Jika hati yang sakit, maka lupa terhadap perjanjian kita dengan Allah yang pernah diucapkan seperti dalam surah Al Araaf ayat 172 di atas.
Tapi di antara sekian banyak manusia, ada yang yang berjaya menyehatkan kembali jiwanya (nafsu mutmainnah).
Apabila jiwa kita telah hidup, bercahaya, sehat kembali, maka jiwa ini akan dapat melihat kerajaan langit Allah.
Dalam hal ini bila Ruhul Qudsiyah telah menyala dan bersinar, maka jadilah hatinya rumah Allah , orang-orang yang berjaya ini disebut Ahli Al- Bait.
Sebagiamana firman Allah dalam surah (Ali Imran:164) yang artinya:
Sesunggunya Allah telah memeberi kurnia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihakan jiwa mereka dan mengajarakan mereka al kitab dan al hikmah.
Dan sesungguhnya sebelum itu, mereka adalagh benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Sabda Rasulullah :
Hati orang-orang beriman adalah Baitullah (Rumah Allah)
Jadi, Ruhul qudsiyah adalah kenyataan Allah dalam diri manusia.
Allah Taala adalah sumber cahaya langit dan bumi dan ruhul qudsiyah adalah sunber cahaya yang ada dalam hati yang digambarkan sebagai pelita,
Sebagaimana firmanNya dalam surah (An Nuur:35) yang artinya:
...Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya adalah seperti sebuah lubang yang tak tertimbus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita ini di dalam kaca dan kaca ini seakan-akan bintang yang memantulkan cahaya seperti mutiara.
Sumber