Aqidah Islamiyah
Ajaran tauhid, telah ada dalam jiwa manusia sejak Nabi Adam as sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah swt di muka bumi.
Sesungguhnya Allah swt, menurunkan agama islam (ajaran tauhid) untuk manusia adalah untuk memuliakan manusia itu sendiri, bukan untuk menyengsarakan hidup manusia. Dengan ajaran agama islam ini, diharapkan manusia dapat mengenal Allah swt. Mengenal kekuasaan Nya, kebesaran Nya dan keagungan Nya, sehingga manusia dapat beriman kepada Nya dengan sebenar-benarnya iman yang akan menimbulkan rasa cinta terhadap Allah swt.
Lalu apa tauhid (Aqidah)? Aqidah berasal dari kata 'aqada-ya'qidu-'aqdatan yang berarti simpulan ikatan perjanjian yang kuat. Kemudian bentuk kata ini berubah menjadi 'aqidatan ('aqidah) berarti ikatan kepercayaan dan keyakinan kebenaran yang kuat dalam hati. Sedangkan secara etimologis /istilah berarti " Suatu kebenaran yang dapat diyakini dalam dalam hati dengan penuh kemantapan, sehingga terhindar dari keragu-raguan, berdasarkan ayat-ayat qauliyah (Al Quran) maupun ayat-ayat kauniyah (alamiah) yang dapat dibuktikan dengan hukum alam dan pengetahuan."
Keimanan/keyakinan manusia itu bertingkat-tingkat, untuk membuktikan keyakinan yang mapan, maka dapat dianalisa dengan tiga tingkat :
Tingkat pertama disebut ilmul yakin : yaitu suatu keyakinan yang didapat berdasarkan ilmu dan pengetahuanya, berupa teori, ibarat kita melihat asap , maka kita akan yakin bahwasanya ditempat tersebut pasti ada api.
Tingkat kedua disebut ainul yakin, sebagai peningkatan ilmu dari ilmul yakin. Untuk lebih meyakinkan kebenaran perkiraan kita terhadap hal tersebut tadi, maka kita menuju ketempat dimana kita perkirakan api sedang berkobar. Dari kejauhan kita dapat melihat jilatan api yang menambah keyakinan kita akan adanya kebakaran (penelitian dan observasi).
Tingkat ketiga disebut Haqqulyakin. Setelah kita melihat jilatan api , makin mendekat makin terasa juga panasnya, barulah kita percaya sepenuhnya bahwa dugaan kita tadi ternyata benar dan tak perlu diragukan lagi
Ma'rifatullah
Allah swt adalah Dzat yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Kekuasaan Nya tidak terbatas, kekuatan Nya tidak dapat diukur, keluasan ilmu Nya tidak dapat diketahui, kebesaran Nya tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Karena itu keaguangan dan kebesaran hanyalah milik Allah swt. Sedangkan manusia, betapapun hebat dan unggulnya, ia hanyalah salah satu makhluk dari berjuta-juta makhluk Allah swt yang sangat membutuhkan pertolongan dan perlindungan dari Nya.
Apabila manusia menyadari hakikat tersebut maka ia pasti akan beriman tunduk dan patuh kepada Allah swt. Merendahkan dihadapan Nya dan menerima kebenaran dengan tulus dari siapapun juga. Sebab hakikatnya kebenaran datangnya dari Allah swt (QS. 2:147)
Oleh karena itu semakin orang mengenal Allah swt, maka akan semakin kuat imanya dan semakin takut kepada Nya.
Satu hal yang sangat penting dalam hidup manusia di dunia yang sementara ini adalah bagaimana manusia itu dapat menyempunakan imanya sehingga ia dapat mati membawa kalimat iman, kalimat"laailaha illallah" dan amal sholeh sehingga ditolong oleh Allah swt dari adzabNya, masuk kedalam surga Nya.
Untuk menumbuhkan keimanan yang sempurna kepada Allah swt, maka kita harus berusaha, tanpa berusaha tidak mungkin keimanan itu datang dengan dengan tiba-tiba. Untuk mendatangkan keimanan yang sempurna kita perlu mengenal siapa itu Allah swt (Ma'rifatullah).
Ma'rifatullah berasal dari kata Ma'rifah berarti mengenal, mengetahui,. Yang perlu ditekankan, mengenal Allah bukan lewat dzatNya melainkan mengenal Allah lewat ayat-ayatNya dan tanda-tanda kebesaran Allah swt.
Urgensi Ma'rifatullah
Orang yang mengenal Allah swt dengan sebenar-benar pengenalan, akan menyadari bahwa Allah swt yang Maha kuasa, Maha Kaya, Maha Perkasa dan Maha Bijaksana tidak membutuhkan sesuatupun dari manusia. Karenanya bila mendapatkan kebaikan maka akan memuji Allah swt dan bersyukur kepada Nya, tidak menyombongkan diri atau lupa diri, sebab ia tidak akan mampu berbuat apapun tanpa bantuan dan pertolongan Nya dan bila mendapatkan keburukan maka segera melakukan instropeksi.
Orang yang telah mengenal Allah swt akan menyadari tugas yang harus ia emban dalam kehidupan di dunia ini yaitu beribadah kepada Nya untuk mencari keridhaan Nya. Sebaliknya orang yang tidak mengenal Allah swt, akan menyombongkan diri di dunia ini, dan manusia yang menyombongkan diri sama saja menantang Allah swt dan menjadikan dirinya sebagai saingan bagi Nya. Orang yang menyobongkan diri adalah orang yang tidak mengenal pencipta dan pengatur jagad raya ini yaitu Allah swt.
Dengan mengenal Allah maka kita dapat mengetahui dengan pasti apa tujuan hidup kita (QS 51:56) dan tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia, kita akan merasakan kehidupan yang lapang walau bagaimanapun keadaan dan seberat apapun masalah yang dihadapi. Karena kita yakin Allah pasti memberikan yang terbaik bagi hamba Nya dan akan kegelapan dan kebodohan menuju cahaya yang terang (QS.6:122).
Maka sungguh beruntung, apabila seseorang itu kenal dengan Allah sehingga dicintai dan ditolong oleh Allah swt, maka dia akan mendapatkan segala-galanya, bahagia, sukses selama-lamanya di surga Nya.
Cara Mengenal Allah Swt
Lalu bagaimana kita dapat mengenal Allah dengan sebenar-benarnya? yaitu dengan melihat tanda-tanda kekuasaan Allah (ayat kauniyah) dan merenungi & mentadaburi ayat-ayat Al Quran, serta dengan memahami Asmaul Husna.
Ayat-ayat kauniyah Allah swt adalah menunjukan kesempurnaan kekuasaan, kebijaksanaan, dan kasih sayang Nya. Matahari adalah salah satu ayat Allah sampai kelak Allah menghancurkanya. Matahari selalu bergerak, berjalan di tempat peredaranya, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat Yasin ayat 38.
Sesungguhnya Allah swt adalah Dzat yang menciptakan semua makhluk. Semua makhluk baik yang besar maupun yang kecil, yang tampak dan yang tidak tampak, yang kasar yang halus, yang ada di bumi, dilangit, diatara langit dan bumi, yang ada di laut maupun di dasar laut, semuanya adalah ciptaan Allah swt. Dialah Dzat yang Maha menciptakan (Kholik).
Allah swt adalah Dzat yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Maka kita tanamkan perasaan dalam hati kita bahwasanya kita itu selalu dilihat, didengar, dan diketahui, serta diawasi oleh Allah swt sehingga kita akan merasa malu untuk berbuat maksiat kepada Allah swt. Bila kita memiliki perasaaan seperti itu, malu untuk berbuat maksiat kepada Allah swt. Bila kita memiliki perasaan seperti itu, maka Allah akan berikan sifat ikhsan kepada diri kita, yamg mana dengan sifat itu kita akan dapat merasa seolah-olah melihat Allah swt ada dihadapan kita.
Sesungguhnya Allah swt, sangat dekat dengan diri manusia, bahkan lebih dekat dari urat lehernya, tetapi kenapa terasa jauh dan sulit untuk mengenal Nya. Karenadalam diri manusia ada dinding yang tebal antara lain :
Kesombongan (QS. 7:146, 25:21)
Taklid Buta (sikap meniru tanpa berfikir) (QS. 2:166-167, 170-171)
Keras kepala dan menentang (QS. 22:8-9, 6:7, 15:14-15)
Bersandar pada panca indera (QS. 2:55)
Dusta (QS. 7:176)
Ragu-ragu (QS. 6:109-110)
Banyak berbuat maksiat
Semua sifat diatas adalah bibit-bibit kekafiran yang harus dibersihkan dari hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah swt mengkunci mati hati manusia dan menutup mata dan telinga serta menyiksanya di neraka (QS. 2:6-7)
Iman kepada Allah swt
Apabila kita mengenal Allah, maka kita pasti akan beriman kepada Allah swt, semakin mengenal Allah maka semakin meningkat pula iman kita. lalu apa yang harus kita imani?
* Pertama :
Iman kepada kewujudan (adanya) Allah swt. Kewujudan Allah swt ini telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara' dan indera.
Perunjuk fitrah menyatakan kewujudan Allah. Karena segala makhluk telah diciptakan untuk beriman kepada penciptanya tanpa harus diajari sebelumnya. Tidak ada makhluk yang berpaling dari fitrah itu kecuali hatinya telah termasuki oleh oleh sesuatu yang dapat memalingkanya dari fitrah itu. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW" Tiada yang terlahir melainkan ia dilahirkan di atas (dalam keadaan) fitrah. Maka kedua orang tuanya akan menjadikannya sebagai orang yahudi, nasrani, atau majusi."
Petunjuk akal menyatakan kewujudan Allah swt, karena semuruh makhluk yang ada ini, termasuk yang sudah berlalu maupun yang akan datang kemudian, sudah tentu ada penciptanya yang menciptakanya. Tidak mungkin makhluk itu mengadakan dirinya sendiri atau ada begitu saja dengan sendirinya. Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah swt dalan Al Quran surat At Thur ayat 35.
Ada baiknya jika kita mengambil satu contoh untuk lebih memperjelas hal itu. Jika seseorang menceritakaan kepadamu tentang sebuah istana yang megah, yang dikelilingi oleh berbagai tanaman, ada sungai-sungai yang mengalir diantara bangunan-bangunan istana itu, dipenuhi dengan berbagai permadani, dipercantik dengan berbagai jenis perhiasan pada bangunan-bangunanya, lalu ia berkata kepada anda :" Sesungguhnya istana ini ada dengan sendirinya, tercipta oleh dirinya sendiri tanpa ada yang menciptakanya." Maka anda tentu langsung membantah hal itu serta mendustakanya dan pasti anda akan mengira dia itu orang gila.
Petunjuk Syari juga menyatakan kewujudan Allah swt, sebab semua kitab-kitab samawi seluruhnya menyatakan demikian. Apa saja yang dibawa oleh kitab-kitab samawi itu berupa hukum-hukum yang menjamin kemaslahatan makhluk merupakan bukti bahwa itu datang dari Rabb yang bijaksana dan Maha Tahu akan kemaslahatan makhluknya.
Dan petunjuk indera mengenai kewujudan Allah swt dapat dilihat dengan mendengar dan menyaksikan dikabulkanya permohonan orang-orang yang berdoa dan ditolongya orang-orang yang kesusahan, yang semuanya itu menunjukan adanya Allah swt (QS. Al Anbiya : 76, QS. Al Anfal : 9)
Dalam Shahih Bukhari disebutkan hadist dari Anas bin Malik ra bahwa orang badui masuk (ke dalam masjid) pada hari jumat, sementara nabi SAW sedang berkutbah. Orang itu lantas berkata :" Ya Rasulullah harta kami musnah dan keluarga kami kelaparan. Maka berdoalah kepada Allah buat kami,"Akhirnya beliau mengangkat kedua tangan dan berdoa. Tak lama kemudian , awan sebesar gunung pun tiba, sementara beliau masih diatas mimbar, sehingga aku lihat air hujan bercucuran pada jenggot beliau. Pada jum'at kedua (berikutnya), si arab Badui itu, atau lainnya, berdiri lantas berkata : Ya Rasulullah, bangunan rumah kami roboh dan harta kami tenggelam. Maka berdoalah kepada Allah untuk kami.". Akhirnya beliaupun mengangkat kedua tanganya seraya berdoa : " Ya Allah, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami." Akhirnya, tidaklah beliau menunjuk pada suatu arah (tempat) melainkan menjadi terang (tanpa hujan). Selain itu juga dengan ayat-ayat (tanda-tanda) para nabi as yang dinamakan mu'jizat.
* Kedua :
Iman kepada Rububiyah Nya. Artinya bahwa Allah adalah satu -satunya Rabb yang tak mempunyai sekutu maupun penolong. Rabb adalah Dzat yang berwenang mencipta, memiliki dan memerintah. Tiada pencipta selain Allah, tiada yang memiliki kecuali Allah serta tiada yang berhak memerintah kecuali Allah (QS. Al A'raf : 54 & Fathir : 13)
* Ketiga :
Iman kepada Uluhiyah Nya. Artinya bahwa Allah adalah satu-satunya ilah yang Haq, tiada sekutu baginya, Kata ilah disini bermakna ma'lub yang berarti yang disembah/diibadahi atas landasan kecintaan dan pengagungan.
* Keempat :
Iman kepada nama-nama dan sifat-sifat Nya. Artinya menetapkan apa saja yang telah ditetapkan Allah bagi diri Nya yang tersebut dalam kitab Nya atau sunah RasulNya tentang nama-nama dan sifat-sifat sesuai dengan yang layak bagi Nya
Mencintai Allah swt
Sesungguhnya mengenai masalah mencintai Allah swt adalah suatu bab yang membutuhkan pemahaman yang serius dan harus dipelajari secara mendalam.
Sesungguhnya nikmat agama tak bisa dihitung dengan apa saja yang ada di dunia ini. Besarnya nilai iman, sehingga bila masih ada orang yang beriman walaupun hanya tinggal satu orang saja, maka Allah swt akan menunda kehancuran dunia.
Orang yang beriman kepada Allah swt maka akan timbul rasa cinta kepada Allah swt. Semakin besar keimananya maka akan semakin besarpula rasa cintanya kepada Allah swt dan rela mengorbankan segala potensi yang dia miliki untuk mentaati Allah swt.
Menurut sebagian ulama makna dari kalimat " Laailaha illallah" adalah bahwasanya tidak ada yang patut dicintai kecuali Allah swt semata (Illah adalah sesuatu yang pantas dicintai)
Begitu pula juga konsekuensi kita mengucapkan kalimat syahadad, kita harus berkorban demi mendapatkan kecintaan Allah swt. Contoh orang yang cintanya kepada Allah swt begitu besar sehingga beliau mau mengorbankan segala-galanya demi Allah swt adalah Nabi Ibrahim as. Begitu besarnya kecintaan dan pengorbanan beliau maka beliau dijuluki "Khalikullah" (Kekasih Allah).
( Sumber : AAI FTP UGM )